Rabu, 20 Januari 2010, 18:18 WIB Headline, Keuangan
Meski pemain baru, Generali datang dengan segudang kekuatan. Dia pun bertekad untuk mewujudkan impiannya masuk tiga besar. Apa saja strateginya? (Apriyani Kurniasih)
Ternyata pemain asing tidak mudah masuk pasar asuransi Indonesia. Kendati sudah lama mengincar Indonesia sebagai target pasar yang akan dijajaki, Generali baru bisa melebarkan sayap ke Indonesia pada 2008 dengan membeli lisensi Asuransi Jiwa Arta Mandiri Prima.
Pengalaman sebagai pemain terbesar untuk kategori employee benefit di dunia merupakan bekal perusahaan asal Italia ini terjun ke bisnis asuransi. Keunggulan dalam kecepatan proses serta inovasi produk yang beragam diyakini bakal memuluskan obsesinya untuk menjadi tiga besar di negeri ini.
Mengapa Generali baru belakangan melirik pasar asuransi Indonesia? Kekuatan apa yang dimilikinya untuk memenangi persaingan? Mengapa perusahaan ini terkesan “menyembunyikan diri” di balik upayanya yang terbilang gencar memasuki pasar asuransi di Tanah Air?
Berikut penuturan Edy Tuhirman, Chief Executive Officer (CEO) Asuransi Jiwa Generali Indonesia, kepada Karnoto Mohamad, Apriyani Kurniasih, dan Budi Urtadi (fotografer) dari infobanknews.com. Petikannya:
Apa strategi Generali untuk memasuki pasar asuransi Indonesia?
Pada 2009 kami fokus di employee benefit. Kami beruntung karena Generali merupakan pemain besar employee benefit di dunia. Di Indonesia, kami sudah memiliki hampir 200 klien dan kami fokus pada perusahan-perusahaan tersebut. Saat ini, nasabah kami sudah sekitar 8.000 dan number company sekitar 40.
Bagaimana positioning Generali di Indonesia?
Generali kalau kita kombinasikan antara life dan non life, nomor tiga besar di dunia. Jika life saja, kami dua besar. Namun, untuk employee benefit, kami nomor satu di dunia. Jadi, itu yang kami fokuskan.
Sebagai pemain baru, bagaimana Generali menembus peta persaingan di bisnis ini?
Kami melihat ada gap yang sepertinya bisa dimasuki. Prosesnya seperti apa dan business model-nya bagaimana, itu yang benar-benar kami siapkan. Misalnya proses, hal itu bisa diperbaiki. Bagaimana kami dapat mempercepat proses dari aplikasi masuk hingga klaim.
Kami juga melakukan distribusi dengan cara yang berbeda. Sambil ngumpet, kami sudah bekerja sama dengan satu organisasi yang khusus menangani micro insurance. Hopefully, pertengahan tahun depan kami sudah bisa menggodok hal ini. Buat kami, ini bukan CSR (corporate social responsibility). Ini bisnis, ongoing process. Ini area yang menurut kami masih untouchable.
Banyak pemain dunia masuk dan menikmati market yang besar. Indonesia dari dulu sudah dilirik pemain dunia karena populasinya besar. Apa pertimbangan Generali baru masuk Indonesia saat ini?
Mungkin karena kami perusahaan yang terlalu konservatif. Setiap Generali masuk suatu negara, kami tak pernah pulled out. Ketika Generali masuk, itu harus dengan perhitungan yang sangat hati-hati. Kami juga menyadari setelah Tembok Berlin rontok, Eropa Timur menjadi daya tarik yang luar biasa lantaran dekat sekali dengan pusat kekuatan Generali di Eropa Barat. Akhirnya, Generali lebih dulu masuk Eropa Timur.
Belakangan kami baru masuk Asia. Sekitar 1970 kami masuk Hong Kong, Cina, India, Filipina, Thailand, Jepang, dan Singapura. Indonesia memang bagian dari rencana masuk. Tapi, untuk masuk Indonesia, tidak gampang. Akhirnya, kami menemukan jalan ketiga, yaitu membeli license Asuransi Jiwa Arta Mandiri Prima dari Manulife. Isinya diambil Manulife, license-nya kami beli. Kami mulai dari nol. Dan, kami ubah namanya menjadi PT Asuransi Jiwa Generali Indonesia pada Oktober 2008.
Lalu, apa kekuatan yang diusung Generali ke Indonesia supaya dapat bersaing dan bertahan untuk jangka panjang?
Satu, pengalaman Generali di negara-negara berkembang dan negara-negara yang sudah maju sangat besar pengaruhnya. Pengalaman itu membawa kami ke step berikutnya yang lebih kompetitif lagi. Operational procces ini kami bawa terus.
Bancassurance, misalnya, bukan hal baru bagi Generali. Malah, Generali kemungkinan bagian dari sejarah bancassurance itu sendiri. Di beberapa negara, kami begitu kuat. Jadi, kami tinggal mengimpor produk-produk yang ada di sana untuk diterapkan di Indonesia. Kami juga very efficient. Kami sangat mengandalkan proses.
Berapa jumlah provider saat ini?
Saat ini dengan Admedika (Administrasi Medika), provider kami sudah ada 527 rumah sakit. Kami juga terhubung dengan 30 jaringan rumah sakit di luar negeri.
Targetnya?
Penutupan November 2009 angkanya telah mencapai dua kali lipat dari target awal. Pada 2010 targetnya bisa mencapai empat kali lipat. Untuk lima hingga 10 tahun mendatang, kami targetkan untuk menjadi nomor tiga besar. Kami bukan short time player. Biarpun jalannya panjang, yang kami tempuh itu jalan yang benar dan solid.
Bagaimana dengan posisi ekuitas dan aset?
Aset masih di bawah Rp100 miliar, sedangkan ekuitas Rp65 miliar. Tahun depan kami sudah membuat rencana setiap tahun akan menambah terus jumlah aset dan ekuitas.
Rencana apa yang akan direalisasikan tahun ini?
Selain fokus di employee benefit, tahun ini kami mulai menjajaki bancassurance dengan produk individual, kombinasi antara proteksi dan investasi. Kami melakukan penjajakan ke tiga bank. Tahun ini kami akan meluncurkan sekitar empat hingga lima produk lagi.
Ada kantor cabang?
Kami tidak membuat business model pakai cabang. Di asuransi, cabang untuk pemasaran. Kalau buka kantor, buat proses saja untuk kecepatan.
Berapa tahun break event point (BEP)?
Lima tahun. Kami sangat konservatif. Generali selalu begitu. Kami inovatif dari segi ide dan produk, tapi konservatif di keuangan.
Targetnya berapa rata-rata pertumbuhan tiap tahun?
Sekitar 120%-an per tahun.
Sumber: Infobanknews.com, Go to link:
http://www.infobanknews.com/2010/01/generali-indonesia-targetkan-3-besar-perusahaan-asuransi-jiwa
http://www.infobanknews.com/2010/01/generali-indonesia-targetkan-3-besar-perusahaan-asuransi-jiwa
Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer