Jumat, 03 Juni 2011

Investasi Juga Butuh Rem dan Persneling

Thursday, June 9th, 2011

oleh : A. Mohammad BS




Untuk memberi rasa aman kepada nasabahnya (pemegang polis) dalam urusan investasi, Generali Indonesia mengembangkan sistem otomatis untuk memantau investasi nasabah yang disebut Auto Risk Management System

Apa saja manfaatnya?

The future can’t be predicted. Oleh karena itulah, berkembang produk asuransi. Namun, sebagai sebuah skema investasi, bukan berarti orang yang berasuransi bebas dari rasa khawatir. Sebab, portofolio investasi yang dijalankan perusahaan asuransi pun tak lepas dari risiko.

Nah, demi memberikan rasa aman lebih besar kepada nasabahnya dalam berinvestasi, PT Asuransi Jiwa Generali Indonesia mengembangkan sebuah sistem otomatis. Dengannya, para pemegang polisnya bisa mengelola prospek keuntungan dan risiko kerugian dengan lebih baik. Sistemnya ini disebut Auto Risk Management System (ARMS).

Edy Tuhirman, CEO Generali Indonesia, menjelaskan bahwa dalam asuransi selalu ada dua komponen: proteksi dan investasi. Untuk proteksi Generali menyediakan berbagai program perlindungan, seperti family protection plan, perlindungan cacat tetap, kebutuhan rumah sakit dan pembedahan, melahirkan, rawat jalan hingga perawatan gigi. “Generali menyediakan perlindungan menyeluruh untuk seluruh anggota keluarga,” ucap Edy.

Bagaimana dari sisi investasi? 

Menurut Edy, investasi ini seperti menyetir mobil, sehingga perlu rem, setir, persneling, dan sebagainya. Sebab, jika tak dilengkapi, bisa jadi investasinya anjlok. Misalnya, seseorang yang telah mempersiapkan masa pensiunnya dengan membeli produk asuransi. Diperkirakan, pada waktu tertentu ketika ia mempersiapkan masa pensiun, nilai investasinya mencapai Rp 1 miliar. Akan tetapi, tiba-tiba pasar modal ambruk. Nilai investasi orang tadi turun tinggal hanya – misalnya — Rp 200 juta. 

“Berinvestasi layaknya mengendarai mobil, yang memerlukan instrumen keselamatan semacam rem untuk mengatur risiko. Sebab, tak ada yang mampu memprediksi dan menjamin pasar modal akan bebas dari bahaya,” ujar Edy.

Menurut Edy, ARMS bisa menjadi solusinya. Ia mengklaim, solusi ARMS ini merupakan yang pertama di Indonesia. Apa itu ARMS? Pada dasarnya ini adalah sistem otomatis untuk memantau investasi nasabah. Jadi, dengan adanya ARMS, nasabah dapat menentukan level untuk mengambil untung dan level aman agar tak merugi besar (cut loss). Nasabah tak perlu lagi memantau pasar saham dan pasar uang setiap hari, karena ARMS yang melakukan secara otomatis. “Ide pengembangan ARMS ini terinspirasi pengalaman beberapa investor saat terjadinya krisis finansial tahun 2008, ketika kondisi pasar di seluruh dunia anjlok,” ungkap Edy.

Bertolak dari pemikiran tersebut, pada awal 2009 tim TI Generali Indonesia mengembangkan ARMS. Menurut Rommy Rukyanto, CIO Generali Indonesia, solusi ARMS dikembangkan di atas core system Life/Asia. “ARMS kami kembangkan sendiri, dengan dibantu konsultan TI. Aplikasi ARMS terhubung dengan aplikasi lainnya menggunakan interface,” ucap Rommy. “Investasinya sangat besar. Tetapi kami mendapat dukungan penuh dari kantor pusat,” Edy menambahkan.

Dijelaskan Rommy, ada beberapa modul dalam ARMS. 

Pertama, Automatic Trading Plan, merupakan fitur dalam berinvestasi, yaitu untuk mencapai target pengembangan dana investasi pada titik tertentu untuk meraih keuntungan (profit taking) atau menghindari terjadinya penurunan kerugian investasi lebih jauh (cut loss). Modul ini diibaratkan dengan sistem rem dalam menjaga investasi agar tidak melewati batas kerugian yang dapat ditolerir. Di sini, nasabah bisa menentukan sendiri nilai profit yang ingin dicapai dan nilai toleransi kerugian yang mampu ditanggung.

Modul kedua, Automatic Asset Rebalancing, merupakan fitur untuk menyeimbangkan komposisi alokasi dana investasi investor sehingga tetap berada dalam batas toleransi yang telah ditetapkannya. Modul Auto Balancing diibaratkan sebagai setir atau cruise control yang bekerja untuk menjaga pergerakan investasi selalu dalam profil risiko yang sudah ditetapkan. Jadi, modul ini mampu menjaga pergerakan portofolio investasi nasabah tetap stabil dan sesuai dengan yang ditentukan.

Ketiga, modul Automatic Re-entry, merupakan fitur penentuan momentum bagi investor untuk kembali berinvestasi dengan alokasi masing-masing dana investasi sesuai dengan yang ditetapkan investor. Modul Auto Re-entry diibaratkan sebagai persneling otomatis (automatic gear) yang membantu mendeteksi saat yang tepat untuk kembali ke pasar. Dengan modul ini, nasabah secara otomatis dimungkinkan untuk menentukan waktu yang tepat untuk kembali berinvestasi di pasar modal, ketika kondisi pasar sudah mencapai titik yang dikehendaki.

Sekarang, kami juga memiliki sebuah portal yang dapat digunakan oleh nasabah Generali Indonesia untuk memantau maupun mendapatkan informasi detail dari polis mereka,” ujar Rommy.


Modul-modul ARMS
  1. Automatic Trading Plan, fitur investasi untuk mencapai target pengembangan dana investasi pada suatu titik tertentu guna meraih keuntungan (profit taking) atau menghindari terjadinya kerugian lebih jauh (cut loss).

  2. Automatic Asset Rebalancing, fitur untuk menyeimbangkan komposisi alokasi dana investasi investor sehingga tetap berada dalam batas toleransi yang telah ditetapkannya. 

  3. Automatic Re-entry, fitur penentuan momentum bagi investor untuk kembali berinvestasi dengan alokasi masing-masing dana investasi sesuai dengan yang ditetapkan investor.
Menurut Edy, by nature seorang investor memiliki karakteristik greedy atau penakut. Namun, ARMS membuat nasabah bisa disiplin. Ia menggambarkan contoh seorang investor tamak yang menempatkan modal Rp 100 juta, lalu nilainya naik menjadi Rp 150 juta. Nah, ketika ditawarkan diambil atau tidak, ia tidak mau ambil karena diperkirakan masih bisa naik lagi. Namun, ternyata pasar goyang sehingga modalnya hanya tinggal Rp 60 juta.

Ketamakan dan ketakutan investor ini bisa terjadi di tempat lain, karena tidak punya disiplin. Di Generali ada disiplin, seperti Auto Trading Plan,” ucap Edy. Misalnya, seorang investor masuk dengan modal Rp 100 juta. Sebelumnya, investor telah membuat persetujuan dengan planner: ia akan take profit jika naik 40%, dan cut loss jika minus 10%. Lalu, ia mendapat untung 20%, naik lagi menjadi 30%. Akan tetapi, sistem belum merespons. Nah, ketika keuntungannya naik 40% menjadi Rp 150 juta, sistem secara otomatis akan mengunci untuk ambil keuntungan. Sebaliknya, ketika modalnya turun menjadi Rp 90 juta, sistem langsung melakukan cut loss, untuk dipindahkan ke money market supaya tidak kebablasan (lihat Bagan).

Bagaimana caranya? 

Sistem TI yang melakukan monitoring setiap hari. Ketika sampai pada angka tertentu yang disepakati, sistem secara otomatis akan mengunci dan melakukan switching,” ujar Edy. “Jadi, setiap nasabah tidak perlu memantau pasar saham dan pasar uang setiap hari. Biarkan sistem kami yang bekerja.”

Menurut Edy, pengembangan ARMS telah memberikan beberapa manfaat, baik kepada nasabah maupun perusahaan. Manfaat paling utama dari ARMS adalah memberikan perasaan aman bagi nasabah dan keleluasaan dalam merancang perjalanan finansial. “Oleh karena merasa aman, impact-nya orang jadi lebih berani berinvestasi, sehingga return lebih tinggi. Investasi jangka panjang jadi lebih bagus,” ujar Edy. “Bagi perusahaan, dengan adanya ARMS ini, cost jadi lebih murah, sehingga jauh lebih efisien,” tambahnya.

Klaim Edy diamini salah satu nasabahnya, Ariyanto Erlangga. Menurut pria berumur 43 tahun yang telah menjadi nasabah Generali sejak April 2011 ini, ARMS yang dikembangkan Generali sangat membantu. Sebab, selama ini ia menjadi pemegang polis dari beberapa perusahaan asuransi, tetapi tidak ada yang memiliki “sistem rem” seperti ARMS di Generali. Akibatnya, kalau saham anjlok, investasi juga menurun. “Saat ini saya tidak takut lagi dalam berinvestasi,” ucap Ariyanto. “Tetapi, perlu sosialisasi secara detail agar kita semua lebih tahu kegunaan ARMS,” tambah Ariyanto menyarankan.

Baik Edy maupun Rommy sepakat bahwa ARMS baru langkah pertama Generali untuk memberikan pelayanan dan perlindungan kepada nasabahnya. “Masih banyak rencana yang akan dikembangkan ke depannya. The ultimate goal kami adalah ingin memberikan proteksi kepada nasabah,” ujar Edy.
Perencanaan TI selanjutnya adalah bisa menjadi business driver dibanding hanya menjadi sekadar business support maupun business enabler,” kata Rommy menambahkan. (*)


Tentang Generali Indonesia
  • Generali merupakan perusahaan asuransi dan keuangan global, yang berada di bawah Assicurazioni Generali di Italia. Generali didirikan pada 1831 di Trieste, Italia. Masuk ke Indonesia pada awal 2008.

  • Untuk memasarkan produknya, Generali telah menjalin kerja sama (sebagai produk bancassurance) dengan DBS Indonesia Bank, menawarkan produk Unit Link dengan Auto Risk Management System yang dinamakan iDARE – insurance Dynamic Asset Rebalancing. Juga, dengan ANZ Bank, menawarkan produk asuransi jiwa berbentuk Unit Link dengan pembayaran premi tunggal yang menawarkan alokasi fleksibel antara investasi dan perlindungan jiwa yang sesuai dengan kebutuhan, yang disebut Ultimate Balance Protection (UB Pro).


      

Kamis, 02 Juni 2011

Asuransi Generali Indonesia juga Lirik Bisnis Asuransi Syariah

Melihat potensi pasar asuransi di Indonesia, terlebih pasar syariah yang penetrasinya masih sangat kecil, Generali Indonesia bersiap terjun dengan mencari partner yang memiliki kesamaan visi dan misi. (Paulus Yoga)


Jakarta – Melihat potensi asuransi syariah yang sangat besar, PT Asuransi Jiwa Generali Indonesia memberikan sinyal untuk masuk ke pasar asuransi syariah, dengan dukungan partner yang memiliki kesamaan visi dan misi.

"Spot pasar syariah sangat besar, tapi untuk masuk ke bisnis tersebut kita tidak mau lakukan sendiri. Kita akan cari partner untuk bisnis syariah," tutur Presiden Direktur Generali Indonesia Edy Tuhirman, kepada Infobanknews.com, selepas penandatanganan kerjasama bancassurance dengan PT ANZ Panin Bank di Jakarta, Kamis,  9 Desember 2010.

Ia menjelaskan, untuk mencari partner tersebut tidak akan dilakukan dengan sembarangan, haru sesuai dengan komitmen dan nature Generali yang memiliki komitmen jangka panjang.

"Jumlah kustomer tidak menjadi yang terpenting, karena bisa kita kembangkan dengan potensi pasar yang sangat besar. Yang penting kesamaan visi dan misi. Generali sendiri selain di Asia, juga melakukan investasi di Timur Tengah untuk menyasar pasar syariah," terangnya.

Bentuk komitmen jangka panjang tersebut ditunjukkan Generali Indonesia dengan melakukan kerjasama bancassurance dengan beberapa bank, dengan menawarkan produk berpremi tunggal.

"Kita punya produk premi tunggal unit-linked dengan auto reballancing untuk memberikan manajemen risiko, jadi cocok untuk jangka panjang," pungkas Edy. (*)


Sumber: Infobanknews.com, Go to link:
http://www.infobanknews.com/2010/12/asuransi-generali-indonesia-juga-lirik-bisnis-asuransi-syariah

Senin, 30 Mei 2011

Ultimate Balance Protection: Perpaduan Asuransi dan Investasi

Dalam mendukung kebutuhan finansial nasabahnya, ANZ coba menawarkan produk bancassurance Ultimate Balance Protection yang dikembangkan Generali Indonesia, untuk menekan risiko investasi para pemegang polisnya. (Paulus Yoga)

Jakarta – PT ANZ Panin Bank melakukan kerjasama produk bancassurance dengan PT Asuransi Jiwa Generali Indonesia bernama Ultimate Balance Protection bagi nasabah ritel ANZ di Indonesia.

Penandatanganan kerjasama tersebut dilakukan Direktur Perbankan Ritel ANZ Anthony Soewandy dan Presiden Direktur Generali Indonesia Edy Tuhirman, di Jakarta, Kamis, 9 Desember 2010.

"ANZ memiliki komitmen untuk terus mendukung kebutuhan finansial para nasabah. Kerjasama ini dilakukan sebagai bentuk alternatif dalam memenuhi kebutuhan finansial nasabah yang menginginkan keseimbangan dalam berinvestasi dengan perlindungan yang optimal," tukas Anthony.

Sementara Edy menambahkan, kerjasama tersebut dapat memerluas kemitraan bisnis dengan ANZ dalam menawarkan produk-produk kepada nasabah ANZ untuk perlindungan jiwa dan pengelolaan investasi dengan cara yang mudah dan fleksibel.

"Dengan semakin bertambahnya nasabah ritel ANZ, kami yakin dapat memberikan perpaduan antara investasi dan asuransi yang bernilai tinggi bagi nasabah affluent ANZ. Kerjasama ini juga semakin mengukuhkan komitmen jangka panjang kami di Indonesia," tuturnya.

Produk Ultimate Balance Protection sendiri merupakan produk asuransi jiwa individual unit-linked yang menggunakan automatic risk management system, yang menawarkan fleksibilitas untuk nasabah di Indonesia dalam menentukan trading limit, kemungkinan untuk kembali berinvestasi di pasar modal sesuai dengan portofolio investasi awal nasabah (Re-Entry), serta memetik manfaat dari fasilitas auto balancing atas dana investasi yang dimilikinya.

"Fasilitas auto balancing ini memungkinkan nasabah untuk memantau dan menjaga pergerakan investasi secara optimal, sesuai dengan tujuan finansial dan profil risiko pemegang polis. Dengan single premi minimum Rp50 juta, sesuai dengan tujuan asuransi yang diinginkan," jelas Edy.

Anthony menyatakan, bahwa dengan produk tersebut nasabah dapat memiliki investasi sesuai dengan profil risiko dan nilai return investasi yang menarik.

"Produk ini juga untuk memertajam fokus kami dalam terus meningkatkan layanan yang nyaman dan mebyediakan produk yang terus disesuaikan dengan perkembangan kebutuhan nasabah," pungkasnya. (*)


Sumber: Infobanknews.com, Go to link:
http://www.infobanknews.com/2010/12/ultimate-balance-protection-perpaduan-asuransi-dan-investasi

Asuransi Generali Indonesia Siap Ramaikan Pasar Unit Link

Generali Indonesia siap mengembangkan pasarnya melalui bancassurance. Tidak lama lagi, perusahaan ini pun siap merekrut agen baru. Jumlah nasabahnya kini sudah mencapai 36 ribu nasabah. (Apriyani Kurniasih)

Sepang, Malaysia – Asuransi Generali Indonesia siap meramaikan persaingan di unit link. Meski perusahaan asuransi asal Italia ini baru meluncurkan produknya pada Agustus 2010 lalu, Presiden Direktur Generali Indonesia Edi Tuhirman, mengaku optimtimis produknya dapat bersaing di pasar.

“Produk unit link kami berbeda. Kami membuat nasabah langsung ambil keputusan saat membeli iDare, dan iDare adalah produk unit link pertama yang memberikan kontrol atas dana yang diinvestasikan di unit link. Bahkan, produk ini kami patenkan” terang Edi saat ditemui Infobanknews.com, di area sirkuit Sepang, Malaysia, pada 9 Oktober 2010.

Menurut Edi, tren produk unit link masih akan sangat menarik dalam beberapa tahun kedepan. Karenanya, Generali Indonesia yang memasarkan produk ini melalui jalur distribusi bancassurance sudah siap dengan berbagai strategi untuk mengembangkannya.

Selain bekerjasama dengan DBS, tahun ini Generali Indonesia akan segera menggaet dua bank lagi. Kemungkinan besar target pasarnya masih sama seperti yang diincar bersama dengan DBS, yaitu segmen menengah ke atas.

Meski belum genap tiga tahun beroperasi di Indonesia, perusahaan yang berada dibawah bendera Generali Group–perusahaan asuransi asuransi jiwa terbesar kedua di dunia–ini telah siap menyusun business plan jangka panjang untuk menggenjot kinerjanya.

Tidak puas hanya sukses menggarap bisnis employee benefit dan masuk ke pasar unit link melalui kerjasama bancassurance, Generali Indonesia mulai melirik untuk merekrut agen.

“Jadi, kami akan segera kembangkan tiga jalur distribusi, yaitu employee benefit, bancassurance dan agen sebagai jalur distribusi yang akan segera kami tekuni. Menyusul kami juga akan segera masuk ke bisnis asuransi syariah,” terang Edi.

Saat ini, Generali grup yang mengembangkan bisnis asuransi jiwa dan asuransi kerugian di pasar global telah menguasai aset under management mencapai 400 miliar euro dengan perolehan premi mencapai 70 miliar euro di seluruh dunia.

Sementara itu, Generali Indonesia kini telah memiliki sekitar 36 ribu nasabah dan 110 perusahaan. Dari 110 perusahaan tersebut, 3 sampai 5 perusahaan adalah perusahaan Jepang. (*)


Sumber: Infobanknews.com, Go to link: 
http://www.infobanknews.com/2010/10/asuransi-generali-indonesia-siap-ramaikan-pasar-unit-link

Minggu, 29 Mei 2011

2013, Aset Generali Bisa Capai Rp 1 T

26 Aug 2010



JAKARTA - FT Asuransi Jiwa Generali Indonesia (Generali) memproyeksikan nilai aset perseroan bisa mencapai Rp 1 triliun dalam waktu tiga tahun. Saat ini, aset perusahaan masih berada di angka Rp 100 miliar.

"Jangan lihat kami dari angka, sebab kami masih bayi. Kami hadir di Indonesia baru dua tahun. Namun, dalam waktu tiga tahun, kami yakin nilainya sudah triliunan." kata Chief Executive Of Beer Generali Edy Tuhirman kepada Investor Daily di Jakarta, belum lama ini.

Edy mengatakan, pertumbuhan aset utamanya ditunjang oleh bisnis asuransi jiwa yang bakal didominasi oleh produk asuransi plus investasi (unit linked). Menurut Edy, unit linked bakal menjadi kontributor terbesar seperti nalnya di induk usaha, yaitu Generali Group, yang bermarkas di Italia dengan nama Assicurazioni Generali S.pA

Dia menilai, pertumbuhan unit linkeddi Indonesia bisa digarap secara serius dan berpotensi bagus karena pasarnya masih sangat besar. Secara khusus, perusahaan meluncurkan produk IDare yang me-nyasar segmen konservatif. Dalam produk tersebut, nasabah diajak untuk berdisiplin dan berani melakukan cut loss serta take profit sesuai dengan portofolio yang telah ditentukan.

Produk ini diklainvnya merupakan unit linked pertama kalinya di Indonesia yang memiliki sistem re-balancing dan dimonitor setiap harinya. "Jadi, nasabah bisa mengatur portofolio investasinya melalui fasilitas autotrading. Produk unit linked yang dipasarkan melalui kanal bancassurance bersama Bank DBS Indonesia bakal menarik orang-orang yang membutuhkan pengaman dalam berinvestasi," tuturnya.

Edy mengatakan, pihaknya tidak ingin dikatakan bersaing dalam mengembangkan unit linked. Sebab, hingga kini masih ada dana pihak ketiga (DPK) yang mencapai Rp 2.000 triliun lebih di perbankan yang belum banyak digarap oleh bancassurance.

Dia menekankan, pihaknya mengikuti tradisi Grup Generali global yang memang kpnserva.tif. Sebanyak 80% investasi Genera* global ditempatkan di obligasi. Generali Indonesia, kata dia, juga hanya menempatkan investasinya di deposito dan obligasi. Perusahaan asuransi dengan peringkat 19 di dunia menurut Fortune 500 tersebut juga memiliki cara berbisnis dengan fokus di satu jenis produk terlebih dahulu.

Hingga Juni 2010, premi yang telah diraup mencapai Rp 43 miliar atau melonjak 290%. Tahun ini, pendapatan premi outstanding selama dua tahun ditargetkan mencapai Rp 600-700 miliar. Minimal, kata Edy, pendapatan premi terkecil yang bisa diraih di akhir tahun mencapai Rp 200-300 miliar. Perusahaan mengandalkan basis nasabah dari Bank DBS untuk mendongkrak pendapatan premi, (gre)


Entitas terkait
Ringkasan Artikel Ini
Menurut Edy, unit linked bakal menjadi kontributor terbesar seperti nalnya di induk usaha, yaitu Generali Group, yang bermarkas di Italia dengan nama Assicurazioni Generali S.pA Dia menilai, pertumbuhan unit linkeddi Indonesia bisa digarap secara serius dan berpotensi bagus karena pasarnya masih sangat besar. Sebab, hingga kini masih ada dana pihak ketiga (DPK) yang mencapai Rp 2.000 triliun lebih di perbankan yang belum banyak digarap oleh bancassurance. Minimal, kata Edy, pendapatan premi terkecil yang bisa diraih di akhir tahun mencapai Rp 200-300 miliar. 
( Sumber:  Bataviase.co.id, Go to link:  http://bataviase.co.id/node/358063 )

Sabtu, 28 Mei 2011

Luncurkan iDare, DBS dan Generali Indonesia Jalan Beriringan

Untuk memberikan jaminan dalam berinvestasi, Generali Indonesia dan DBS menyiapkan produk yang mengedepankan inovasi manajemen resiko dalam iDare. (Paulus Yoga)

Jakarta – PT Bank DBS Indonesia dan PT Asuransi Jiwa Generali Indonesia melakukan kerjasama bancassurance dengan meluncurkan iDare, produk unit-linked pertama di Indonesia yang menggunakan sistem auto balancing.

Penandatanganan kerjasama, yang ditandai dengan peluncuran produk tersebut dilakukan di Jakarta, pada 5 Agustus 2010.

"Produk asuransi jiwa individual pertama dari Generali Indonesia ini menawarkan fleksibilitas untuk nasabah di Indonesia dalam menentukan trading limit, kemungkinan untuk kembali berinvestasi di pasar modal (Re-Entry) serta memetik manfaat dari fasilitas auto balancing," ujar CEO Generali Indonesia Edy Tuhirman.

Sementara itu, Head of Consumer Banking DBS Indonesia Steffano Ridwan menambahkan, fasilitas auto balancing tersebut memungkinkan nasabah untuk memantau dan menjaga pergerakan investasi secara optimal, sesuai dengan tujuan finansial dan profil resiko mereka.

"DBS Indonesia bangga tidak hanya menjadi agen penjual pertama produk iDare, tapi juga menjadi yang pertama untuk memperkenalkan instrumen investasi dengan fitur auto balancing bagi para nasabah Treasures kami di Indonesia yang sudah mencapai 16.000 orang dengan minimal investasi senilai Rp1 miliar," tuturnya.

Edy menjelaskan, iDare memudahkan nasabah Generali Indonesia untuk mengontrol resiko investasi sekaligus menikmati keuntungan maksimal dari pasar dengan perlindungan seumur hidup.

"Para nasabah juga dapat keluar dan kembali berinvestasi di pasar untuk mengimbangi volatilitas yang tinggi, dengan premi tunggal minimal sebesar Rp100 juta dimana nasabah memperoleh keuntungan penyesuaian dana investasi sesuai kebutuhan, manajemen resiko yang baik dan pemantauan setiap hari," tukasnya. (*)


Sumber: Infobanknews.com, Go to link:
http://www.infobanknews.com/2010/08/luncurkan-idare-dbs-dan-generali-indonesia-jalan-beriringan